Oleh : Gusrad Al Mubarak*

Di awal semester ganjil tahun 2022 ini, seperti biasanya aku berangkat ke sekolah bareng teman-temanku. Baru saja tiba, bel panjang berbunyi tanda apel pagi dimulai. Kami bergegas menuju lapangan setelah menyimpan tas di kelas masing-masing. Setelah apel pagi berakhir, siswa laki-laki disuruh berkumpul. Kami pun membentuk barisan yang terdiri dari siswa laki-laki semua, sambil bertanya-tanya dalam hati, apa maksud pak Iyan salah  guru Seni di sekolah. Setelah barisan sudah rapi dan diistirahatkan, kami mendapat arahan  dari pak Iyan. Setelah menyimak arahan dari pak Iyan ternyata kami diminta untuk mengikuti seleksi  desain gambar poster tingkat kabupaten Kolaka Utara.

Beberapa siswa menyatakan  kesediaan mengikuti seleksi tersebut, termasuk aku yang awalnya sangat ragu, akan tetapi karena aku ditunjuk oleh salah satu temanku, sejenak aku berpikir, “ Ah, apa salahnya mencoba sesuatu yang menantang. Namaku pun salah satu yang tercatat sebagai peserta seleksi di sekolah atas penunjukan teman yang disampaikan ke pak Iyan. Selain aku,  Aldi salah satu sahabatku juga diikutkan dalam seleksi tersebut. Kami berdua disuruh maju ke depan untuk memisahkan diri dari barisan. Barisan pun dibubarkan. 

Ketika teman yang lain sudah membubarkan diri, kami tinggal berdua, lalu pak Iyan bertanya kembali untuk menegaskan kesiapan kami mengikuti lomba apakah aku dan Aldi siap untuk mengikuti lomba desain poster. Dengan suara yang meyakinkan, kami bersamaan berkata “iya pak” sebagai tanda kesiapan kami. Di hari itu, aku, Aldi, dan pak guru langsung memulai latihan. Saat pertama latihan, aku sempat gugup karena ini pertama kalinya aku ikut lomba desain poster antar sekolah. Di hari pertama latihan ini, aku dan Aldi sangat bersemangat dan antusias, dan berharap masuk nominasi.

Awalnya kami hanya mempelajari dasar-dasarnya saja. Aku dan Aldi hampir setiap hari  latihan sampai pukul 16.00 sore, sampai hari yang telah ditentukan tiba. Dengan berjalannya waktu, seleksi makin ketat, siapakah di antara aku atau Aldi yang terpilih. Tapi hal itu tidak menjadi prioritas bagiku, terpilih atau tidak, aku hanya fokus latihan menempa diri menjadi yang terbaik. Terpilih, Alhamdulillah, tidak juga terpilih toh sudah mendapat ilmunya. 

Hari penentuan pun tiba. Walau ada rasa khawatir tentu juga sangat berharap terpilih.  ketika tibalah saat-saat yang menegangkan, keputusan harus diambil oleh Pak Iyan pembimbing kami. Alhamdulillah,  pada akhirnya pak Iyan  memilih aku. Tentu rasa senang tak terkira yang kurasakan saat itu. Selain rasa senang tentu ada pula rasa bangga  menyelimuti seluruh ruang hatiku karena terpilih untuk mewakili sekolah dalam lomba desain Poster. 

Hari lomba dilaksanakan sudah tiba, aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah dengan mengenakan pakaian putih biru. Setibanya di sekolah, aku berlatih sekali lagi dibimbing pak Iyan. Saat aku selesai latihan, aku dan pak guru langsung berangkat ke tempat untuk menghadiri acara pembukaan lomba. Setelah itu aku dan pak Iyan kembali ke sekolah karena ternyata perlombaan dilaksanakan di sekolah kami. Walau dengan rasa gugup menjalari sekujur tubuhku, ku tenangkan pikiranku  bersiap untuk mengikuti lomba yang dilaksanakan di sekolah. Aku kuatkan hati, tetap percaya diri.

Lomba pun dimulai, aku kerahkan semua ilmu dan kemampuan yang telah aku terima saat latihan sampai lomba selesai. Setelah itu aku pulang ke rumah dan berharap mendapatkan juara. Beberapa hari kemudian, tibalah pengumuman juara. Ternyata aku berhasil mendapatkan juara 2. Aku sangat bersyukur karena berkat latihan dan dukungan dari pak Iyan dan seluruh guru dan teman di sekolah, juga karena doa orang tua yang makbul sehingga aku bisa mendapatkan juara 2.

Terima kasih untuk semua yang telah berkontribusi pada keberhasilanku saat ini walau baru pertama kali ikut lomba tapi telah masuk nominasi terbaik 2. 

*Siswa SMPN 1 Kolaka Utara

(Visited 184 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *