Oleh: Vicky Nahuway Soroeday

Hari demi hari semakin menipis waktuku. Sulit tidur adalah jam terbangku saat ini. Gelisah yang berpacu detak jantung hingga terdengar keras dalam hening gelap. Saat termenung hanya membayangkan bagaimana jika keputusan meninggalkanmu tidak pernah terjadi, tentu saat ini aku tidur nyenyak dalam ucapan selamat tidurmu. Di sela waktuku menanti hari itu, tegarkah aku melihatmu di titik perpisahan itu nanti?

Sarapanku hanya memikirkan kesalahanku bahkan kejelasan yang belum dijelaskan. Masa perpisahan di mana aku dan dirimu harus berpaling dan saling meninggalkan. Kedua kalinya menempuh hidup yang berbeda, sejalan dengan saling menatap tanpa menyapa.

Wahai sang semesta, apa yang kau inginkan dengan kisahku kali ini? Merasa tidak cocok karena berbeda padahal dialah yang terbaik? Nyatanya yang seimanlah membuatku patah!
Tapi ini adalah ketidak mungkinan yang terjadi.

Sekarang semesta bercerita, aku dan dia bertemu kembali seolah kesempatan untukku?? Saat aku mulai menyesal dan harus berpaling meninggalkan dia yang kedua kalinya?? Haruskah sekecewa ini?? Tolong kuatkan langkahku diiringi rasa penyesalan di hari itu nanti.

Akankah kita saling menyapa lagi?
Akankah kita saling berbagi cerita lagi?

Aku lelah hati dan pikiran ini saling berdebat dan saling menyalahkan

SANGAT KECEWA

Dalam masa penantian hari itu…

…Semesta!!

Biarkan aku menikmati tatapan wajah senyum manisnya
Biarkan aku menikmati mata yang terjebak memandanginya
Biarkan aku mendengarkan suara tawanya yang dapat membuatku diam-diam tersenyum, dan biarkan aku belajar ikhlas membiarkan waktu yang mengambil semua sisa rasa dan penyesalan ini.

Karena tak ada alasan untuk berhenti menatapnya sekedar tak ingin melupakan kenangan detik demi detik, jam demi jam, hari demi hari. Biarkan aku diam, rasakan tenang di dekatnya, tanpa sepatah kata rindu yang tersampaikan.

Watansoppeng, 27 Juni 2022

(Visited 56 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *