Oleh: Aisyah Nur Adhayani*

Aku tidak pernah belajar menghitung hari
Tapi ternyata, sudah sejauh ini
Burung biru itu tidak lagi terlihat di jendela
Kepompong di sana pun, sudah menjadi kupu-kupu

Untukmu, teduh yang tak terpikir
Hujan dan kemarau dalam waktu yang sama
Dingin dan panas menyatu dalam kesempurnaan
Seperti yang kutulis kala malam itu

Sampai hari ini, penglihatan terus berbinar
Pendengaran seakan mendengar bisikan
Siapa? tanya ia
Tak ada yang bisa menebak, kataku

Dunia tak perlu tahu
Betapa lirihnya bisikan itu
Betapa layaknya indah itu
Tumbuh, tumbuhlah lebih baik dari bunga itu

Perasaanku, hanya seperti air
Rupanya, sama saja seperti wadahnya
Namun, sepertinya aku tak membutuhkan wadah
Diriku, sudah mengalir

Perihal ini biar menjadi urusanku
Ada kalanya kita harus berhenti
Walau langkahmu bukanlah jejak untukku
Aku mendoakanmu dengan sungguh.

*Penulis adalah Siswi SMPN 1 Watansoppeng, Kelas IX.3

(Visited 24 times, 1 visits today)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *