Dalam hampa, kuterbaring pada ruang kesunyian itu.
Alisku berkerut akan betapa tak bercoraknya ruang itu.
Meski tak bisa kutelusuri, tak bisa kurangkul.
Samar-samar rintihan hujan yang sedikit membara terdengar di indra pendengaranku.
Tahun berganti tahun, matahari beristirahat dan menghilang saat kegelapan tiba.
Bulan datang menemani, wanita itu meringkuk.
Ia menenggelamkan wajahnya yang sendu itu ke dalam tangannya.
Ia menciptakan badai hujan dari indra penglihatannya itu.
Seperti sehelai sutra yang lembut, dia merangkul wajahnya dengan lembut.
Mencoba menghentikan derita yang mengalir pada hatinya.
Rambutnya yang terurai panjang menutupi kekacauan itu.
Ruang gelap itu menjadi saksi atas apa yang terjadi malam ini.
Malam ini, ditutupnya cerita hidup yang mengerikan.
Tidak ada lagi hal yang tidak diharapkan.
Samar-samar suara angin lewat sejenak, kabur sudah pandangannya.
Entah bagaimana awalnya, namun kini hilang seakan fatamorgana.
