Oleh: Nurul Aqsari*
Di suatu Madrasah yang bernama Madrasah tinggi muslimah memiliki siswa teladan dan jauh dari zaman sekarang. Di salah satu kamar Madrasah wanita, ada seorang anak yang dulunya tidak ingin memasuki Madrasah tersebut, tetapi karena keinginan kedua orang tua dia menerimanya. Dia seolah tidak akan memiliki teman di sana. Tetapi saat di sana, dia memiliki empat teman kamar yang seperti cermin di mana di saat dia sedih mereka ikut sedih, dia senang mereka pun ikut senang.
Setahun bersekolah di sana, mereka merancang diri untuk berubah menjadi muslimah yang memiliki prestasi. Mereka mulai mengeluarkan bakat-bakat yang dimiliki untuk merubah diri menjadi muslimah yang lebih baik, selalu bersemangat, dan mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Mereka juga tidak pernah mengenal lelah untuk selalu bersemangat dengan apa yang dicita-citakan. Di setiap langkah perjalanan, mereka selalu bersama dan saling mendukung satu sama lain.
Pendidikan sudah berjalan selama tiga tahun, mereka pun harus berpisah untuk melanjutkan masa depannya masing-masing, tetapi walau sudah tidak sesama Madrasah lagi, mereka tetap selalu saling menukar cerita melalui media online dan tidak pernah lupa dengan cita-cita yang telah mereka rancang bersama-sama. Salah satu kata yang telah dikeluarkan mereka saat masih bersekolah di Madrasah yaitu walau menjadi muslimah, jangan pernah berputus asa untuk selalu bersemangat menggapai cita-cita kita dan jangan pernah hanya dengan masalah kecil kita meruntuhkan persahabatan yang selama ini dibangun. Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat.
Pada akhirnya, hasil kerja keras selama beberapa tahun, mereka berhasil menggapai cita-cita. Walau sibuk dengan kegiatan masing-masing, mereka tetap meluangkan waktu untuk selalu berkumpul bersama-sama dan berharap bersahabat sampai selamanya hingga maut memisahkan. Mereka juga berharap tetap bersahabat sampai surga.
*Penulis adalah Siswa SMPN 1 Watansoppeng, Kelas 8.7